Biaya Logistik di Indonesia Dikhawatirkan Bakal Melonjak Tinggi

Pemerintah Indonesia saat ini sedang merencanakan kenaikan harga bahan bakar bersubsidi. Dari sebelumnya di kisaran IDR 5,000 diprediksi menjadi sekitar IDR 7,000 per liter untuk bahan bakar diesel bersubsidi. Wacana ini menjadi bahasan seluruh masyarakat Indonesia sejak beberapa hari terakhir. Diprediksi jika kenaikan harga bahan bakar bersubsidi ini akan terjadi di awal Bulan September, atau dalam waktu dekat.

Karena bahan bakar bersubsidi di Indonesia digunakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, maka wacana ini memunculkan kehawatiran akan melonjak biaya logistik. Sebab, truk-truk kontainer kargo maupun kapal-kapal kargo di Indonesia juga menggunakan bahan bakar bersubsidi ini.

Truk kontainer mengantri untuk memasuki pelabuhan.

Adam Nugraha, salah seorang pemilik usaha kargo di Sidoarjo, mengaku jika kekhawatirannya sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Tepatnya, ketika inflasi yang terjadi di Indonesia dan beberapa negara lain terus naik. Ia mengkhawatirkan jika kenaikan harga bahan bakar bersubsidi akan berdampak langsung dengan kenaikan harga harga kebutuhan pokok. Hal itu, menurutnya akan berujung dengan tuntutan kenaikan gaji dari para pekerjanya. Itu berarti, Ia harus menaikkan biaya jasa kargo yang dijalankan agar bisa bertahan.

“Karena seperti yang sudah-sudah, ketika bahan bakar bersubsidi naik maka kenaikan harga bahan pokok akan langsung terjadi. Kalau sudah begitu, maka tidak ada pilihan lain selain menaikkan biaya jasa kargo yang saya lakukan. Kalau tidak begitu, bisnis saya tidak akan bisa bertahan,” kata Adam.

Kekhawatiran akan kenaikan harga logistik di Indonesia akibat rencana pemerintah Indonesia juga menjadi perhatian khusus dari Rusdi. Menurut seorang importir gula rafinasi ini, kenaikan-kenaikan harga logistik saat ini sudah terjadi. Sebelum harga bahan bakar subsidi dinaikkan oleh pemerintah.

“Buktinya nyata dari kejadian barang saya yang datang beberapa waktu dari Brazil. Harga truk yang saya sewa untuk mengangkut barang saya sudah naik. Memang belum banyak. Tapi sudah hampir 10 persen. Ini kalau harga bahan bakar subsidi naik, otomatis kenaikan biaya sewa truk saya juga akan lebih mahal. Itu semua berarti akan mengurangi keuntungan saya,” ujarnya jengkel.

Area kargo dan gudang di Sidoarjo.
Gudang barang impor di Sidoarjo.

Jika Rusdi adalah importir skala menengah, rasa was-was kenaikan biaya logistik karena lonjakan harga bahan bakar subsidi juga dirasakan oleh Kharisma Putra. Padahal, ia hanyalah importir skala kecil yang mendatangkan merchandise K-Pop. Bagi Putra, kenaikan yang akan terjadi bisa mengancam kelanjutan usahanya. Meskipun ia hanya mengimpor barang dengan berat kurang dari 100 Kilogram di setiap kirimannya.

“Ini karena importir merchandise K-Pop ini pesaingnya banyak sekali. Hampir semua skala kecil. Jadi margin keuntungan yang saya ambil juga tidak banyak. Ini karena inflasi keuntungan sudah jauh berkurang. Malah beberapa kali hanya mencapai break even point saja. Kalau bahan bakar bersubsidi naik, tentunya akan sangat merugikan saya. Bisnis merchandise K-Pop ini, kalau kita naikkan harga sedikit saja itu bisa beresiko kehilangan pelanggan,” kata Putra.

Terkait rencana pemerintah itu, Adam dan Rusdi serta Putra berharap jika pemerintah benar-benar bijak sebelum memberlakukan keputusan itu. “Ini kondisi masyarakat sedang sangat berat. Mohon kepada Presiden Jokowi dan menteri-menterinya untuk benar-benar berhati-hati sebelum memutuskan. Jangan sampai masyarakat yang sedang susah menjadi tambah susah,” harap Adam.

Antrian panjang menunggu untuk membeli bahan bakar.

Menanggapi kekhawatiran dari para pemilik usaha logistik, Siswanto Rudi yang merupakan Direktur The National Maritime Institute (NAMARIN) berpendapat jika kenaikan harga bahan bersubsidi sudah tidak bisa terhindarkan lagi. Hal ini dipengaruhi dari beberapa hal. Mulai harga minyak dunia yang melonjak hingga inflasi global yang terus naik.

Siswanto juga meyakini jika harga-harga tidak akan langsung ikut melonjak naik bersamaan dengan naiknya harga bahan bakar bersubsidi. Kekhawatiran yang ada, menurutnya juga turut dibumbui oleh aksi para spekulan dan pebisnis jahat yang mencoba mengeruk untung sebesar mungkin dari rencana pemerintah. 

“Karena kalau kita bicara sektor logistik, segala bentuk pembelian bahan bakar dan sebagainya itu sudah dibicarakan di awal dengan pihak suppliernya. Kontrak yang ada sudah ditandatangani oleh pembeli dan penjual sejak awal tahun. Di kontrak itu pun juga sudah tercantum harganya yang bahkan sering kali ada di bawah harga pasar karena terhitung sebagai pembelian grosir. Jadi tidak mungkin ketika harga bahan bakar dinaikkan lalu harga logistik langsung ikut naik. Itu berlaku untuk semua lini. Kapal maupun truk. Sama saja,” katanya.

Siswanto tegas: “Nah kalau sudah begitu, maka pemerintah harus segera ambil sikap setelah nanti mengumumkan kenaikan harga bahan bakar bersubsidi. Sebagai regulator harus tegas dan tidak memberi ruang kepada spekulan dan pebisinis jahat yang berniat ingin mengeruk untung sebanyak mungkin dari kebijakan pemerintah ini. 

“Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan serta Menteri Perhubungan harus sudah memiliki kebijakan untuk tetap menstabilkan harga-harga logistik. Kenaikan ekstrem biaya logistik ketika harga bahan bakar bersubsidi melonjak adalah perbuatan pebisnis jahat dan spekulan. Harus sangat diwaspadai.” 

Antrian panjang di SPBU.

Sebagai informasi, Presiden Indonesia Joko Widodo dalam berbagai kesempatan beberapa hari terakhir ini telah mengeluarkan pernyataan terkait rencana kenaikan harga bahan bakar bersubsidi. Kabinet dari Presiden Joko Widodo mengungkapkan jika rencana yang ada dikarenakan biaya subsidi bahan bakar telah terlalu membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). 

Alokasi subsidi yang akan dipangkas nantinya akan diwujudkan sebagai bantuan-bantuan bagi masyarakat Indonesia yang akan mulai disalurkan sejak awal Bulan September.

Top photo credit: iStock/ whyframestudio

All other photos credit: Ibnu Wibowo

The best maritime news and insights delivered to you.

subscribe maritime fairtrade

Here's what you can expect from us:

  • Event offers and discounts
  • News & key insights of the maritime industry
  • Expert analysis and opinions on corruption and more