Transformasi digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan keniscayaan. Perkembangan teknologi yang cukup pesat telah mendorong pergeseran aktivitas jual-beli dari tatap muka ke dalam jaringan (daring).
Untuk itu Indonesia terus berupaya mendorong pelaku UMKM dapat masuk ke dalam ekosistem digital. Dengan begitu diharapkan UMKM nasional tak hanya sekadar memindahkan aktivitas jual-beli, tapi juga mampu naik kelas akibat meluasnya jangkauan pasar dan naiknya nilai transaksi dagang.
Rangkaian Presidensi G20 Indonesia menjadi momentum penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital nasional. Sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam transformasi digital Indonesia, UMKM menjadi salah satu yang terdampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia (SDM), Dedy Permadi menyakini digitalisasi dapat menjaga resiliensi UMKM untuk tumbuh dan bertahan dari efek pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir.
“Kontraksi ekonomi akibat pandemi bagi bisnis UMKM semakin menunjukkan urgensi digitalisasi UMKM di Indonesia. Dengan digitalisasi, UMKM bisa mendapatkan salah satu solusi untuk tetap bertahan di tengah pandemi maupun di tengah tantangan global lainnya,” jelasnya.

Menurut Dedy, meskipun menjadi pondasi utama perekonomian, UMKM di Indonesia terus menghadapi berbagai tantangan seperti tingginya biaya operasional, pertumbuhan pendapatan, hingga pasar yang kompetitif.
“Belum lagi dampak yang dialami akibat pandemi. Data dari Asian Development Bank Institute, 19,76 persen UMKM di Indonesia mengalami penurunan angka penjualan selama semester pertama tahun 2020. Kendala ini perlu segera diatasi, mengingat UMKM merupakan pondasi utama bagi perekonomian di Indonesia yang kontribusinya sangat besar, mencapai 61,97% terhadap PDB di Indonesia,” tuturnya.
Haykal Kamil sangat bersyukur teknologi digital sangat menolong usaha yang digelutinya dari keterpurukan. CEO and Co-Founder ZM Zaskia Mecca ini hampir bangkrut kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia medio awal 2022. Usaha yang digelutinya sejak 2015, tiba-tiba harus berhenti total akibat pembatasan aktivitas yang diberlakukan pemerintah.

“Selama itu, kita menjalankan (usaha busana Muslim) secara offline, kontribusi online paling lima persen. Sampai akhirnya 2020, kita dapat pesanan dari toko ritel IDR 10 miliar,” kata Haykal dalam webinar “Bincang 20 Menilik Peluang Transformasi Digital Sektor UMKM untuk Akselerasi Perekonomian Nasional”.
Senang dapat order sangat besar, ZM Zaskia Mecca pun menggenjot produksi. Haykal mengatakan, barang senilai IDR 2 miliar langsung dikirim ke sang pemesan. Dalam perjalanan, sambung dia, tiba-tiba terjadi pandemi. Toko ritel tersebut tidak bisa membayar uang sebesar IDR 2 miliar. Pun sisa order IDR 8 miliar dibatalkan begitu saja.
“Waduh kami masih UMKM mendapatkan order segitu, menaruh (uang) semuanya ke sana. Terjadi penutupan (toko) secara masif ini gak mungkin (dilanjutkan),” kata Haykal menjelaskan situasi sulit saat itu.
Tidak menyerah dengan keadaan, ia pun berusaha menjual semua busana Muslim senilai IDR 2 miliar yang ada di gudang agar tidak menelan kerugian. Dia memutuskan mencoba mengecilkan margin keuntungan dari semula 30 persen menjadi lima persen. “Atau tak ada margin, lepas saja barangnya (yang penting tak rugi),” ujarnya.
Setelah itu, ia mencoba beralih dengan fokus memaksimalkan berjualan di e-commerce. “Dari bisnis sangat offline dan (ke toko) ritel, pendapatan kami (akhir) 2020 tumbuh 40 persen dan penjualan online meningkat berkali-kali lipat. Bisnis saya itu pertumbuhannya bukan double digit, tapi triple digit,” kata Haykal.
Dia menerangkan, kehadiran toko daring memberikan kesempatan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti dirinya untuk bisa berkembang. Jika bersungguh-sungguh maka pelaku UMKM bisa meraup kesuksesan karena peluang di depan mata terbuka lebar. Satu kunci agar bisa sukses berjualan secara daring, yaitu mau beradaptasi dan terus belajar mengenai fitur baru yang tersedia di e-commerce.
Melibatkan UMKM
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Produktivitas dan Daya Saing Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Eddy Satriya menerangkan, Indonesia memanfaatkan Presidensi G20 Indonesia dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Nusa Dua, Bali pada 15-16 November 2022, untuk menampilkan beragam hasil karya terbaik UMKM.

Dia menyebutkan, pemerintah melalui Kemenkop UKM berusaha menjembatani pelaku UMKM untuk bisa unjuk gigi di ajang yang pertama kali diadakan di Indonesia tersebut. Salah satunya mematangkan kapasitas pelaku dan kualitas produk yang akan dijadikan merchandise resmi G20 Indonesia.
Hal itu lantaran pemerintah memang ingin perhelatan KTT G20 tidak hanya dirasakan segelintir orang, melainkan juga sampai tingkat ke bawah. Sehingga acara yang rencananya dihadiri 20 kepala negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu bisa menjadi inklusif karena melibatkan pelaku UMKM. Tercatat dari 1.024 produk yang dikurasi, panitia telah menetapkan 20 UMKM yang siap memasok suvenir bagi peserta.
Mereka yang terpilih bergerak di sektor craft, fashion, makanan, kosmetik, herbal dan wellness yang tersebar di seluruh Indonesia. Di antaranya, Pandora Mutiara (Nusa Tengara Barat/NTB), Kallestory Eyewear (DI Yogyakarta), Maharani Craft (Bali), Batika (NTB), Hape (Bali), Dehealth Supplies (Jawa Timur), Fragrande Kreasi Alami (Jawa Barat), hingga Yagi Natural Indonesia (Aceh).

Eddy menerangkan, pihaknya melakukan kurasi dengan menggandeng SMESCO dan kurator independen. “Ini gambaran bagaimana Kemenkop UKM sangat serius. Kami memaksimalkan Presidensi G20 agar sebanyak mungkin UMKM bisa berpartisipasi,” ujar Eddy.
Pelaku UMKM Lokal Jadi Pemasok Suvenir Resmi KTT G20
Sejumlah pelaku UMKM lokal yang ditetapkan sebagai pemasok resmi ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menyatakan bangga terpilih sebagai pemasok suvenir resmi dalam ajang yang akan berlangsung di Bali, 15-16 November 2022.
Kemenkop UKM telah menetapkan sekitar 20 UMKM sebagai pemasok atau official merchandise resmi ajang KTT G20 di Bali. Mereka yang terpilih merupakan hasil kurasi 1.024 UMKM yang dilakukan Kemenkop UKM bersama Smesco dan terdiri dari UMKM sektor kerajinan (ekonomi kreatif), fesyen, makanan, kosmetik, hingga wellness.
Salah satu yang terpilih adalah Ethneeq dari PT Lima Menara Sejahtera, yang memproduksi Garjita atau dompet mini yang menjadi salah satu suvenir resmi G20. Disebutkan, Garjita diproduksi dengan menggunakan bahan baku kain goni atau jute dipadankan dengan kain endek khas Bali menjadikan Garjita.
Menurut Co-Founder EthneeQ (produsen suvenir) Nadia, Garjita lahir di tengah keresahan tim EthneeQ menyaksikan para penenun kain endek di Klungkung Bali yang lesu diterjang badai pandemi.
Menurut dia, kemudian EthneeQ membuka tangan untuk berkolaborasi dan mengampanyekan kain endek khas Pulau Dewata. EthneeQ memulai kegiatan usahanya di akhir 2019 dengan hanya menjual sesuai pesanan pembeli.

Pada Januari 2020 EthneeQ meluncurkan produk perdananya Akusara, sebuah tas berbahan goni dengan ornamen ukiran pada material kulit. Kata Akusara itu sendiri memiliki arti kesuksesan.
Sejak meluncurkan Akusara, EthneeQ kembali bersiasat. Selain memantapkan fokus perusahaan di bidang tas fesyen, usaha tersebut juga menyediakan waktu setahun untuk mempelajari banyak hal dengan bergabung dalam program inkubasi bisnis oleh Kementerian Perindustrian.
Lulus dari inkubasi bisnis, dengan dukungan dari Kementerian Perindustrian, UMKM ini melatih 25 penjahit, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam komunitas Bali Loves Handmade. 25 SDM tambahan inilah yang menyokong produksi, termasuk persiapan menuju gelaran G20 November mendatang.

Produsen suvenir lainnya yang terpilih adalah Faber Instrument Indonesia. Founder dan CEO Faber Instrument Indonesia, Helmi Suana Permanahadi menyatakan, pihaknya menawarkan dengan 15 desain radio, hingga Smesco dikurasi kembali menjadi empat model yang memang sama dengan produk yang paling laris yang dihasilkan UMKM tersebut.
Adapun empat produk radio kayu itu adalah model Gede Pangrango, Wijaya Kusuma, Joglo, dan Cipanas. Pilihan nama produk Faber Instrument Indonesia merupakan kegelisahan Helmi atas kondisi ekonomi kreatif di kampung halamannya, Cianjur, yang terus menurun.
“Mereka itu lebih bangga dengan kota tetangga, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Bandung. Padahal di situ (Cianjur) banyak. Makanya saya ada di sini untuk membangun ekosistem dan inovasi,” kata Helmi.
Top photo: Menteri Keuangan Sri Mulyani Undang Delegasi 3rd FMCBG G20 Mengenal Lebih Dekat Produk UMKM Indonesia (Foto: Kemenkeu)