19 Oktober lalu Maritime Fairtrade berkesempatan untuk berkunjung ke Indonesia International Marine Equipment Expo (Inamarine) 2022. Acara itu digelar di Jakarta International Expo. Di sana, puluhan perusahaan yang berbisnis di sektor maritime memamerkan produk-produk dan inovasi unggulan mereka. Pengunjung di acara itu beragam, kelompok yang awam soal dunia maritim hingga pelaku bisnis sektor maritime ada di sana.
Usai berkeliling di Inamarine 2022 selama beberapa saat, Maritime Fairtrade memiliki beberapa catatan. Di sisi positif, perusahaan-perusahaan yang pameran disana rata-rata siap memberikan informasi lengkap terkait bisnis atau inovasi terbaru yang mereka miliki. Hanya saja, informasi itu baru bisa didapat jika para pengunjung jika mereka bertanya langsung kepada para penjaga booth di sana. Teknologi terbaru yang ditampilkan pun kurang atraktif sehingga tidak bisa menarik minat pengunjung secara optimal.
Booklet-booklet yang tersedia untuk dibaca pengunjung pameran pun juga tidak menjelaskan informasi lengkap. Kita masih perlu harus berbicara dengan tim sales atau penjaga booth yang ada di sana untuk mendapatkan informasi lengkap. Padahal, jumlah sales dan penjaga yang ada sangat terbatas. Itu menjadikan pengunjung pameran membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mendapatkan informasi lengkap dari satu perusahaan yang membuka booth di Inamarine 2022.
Contoh booklet dengan informasi kurang lengkap itu Maritime Fairtrade dapatkan dari sebuah anak perusahaan dari Pertamina, sebuah perusahaan milik negara di Indonesia. Meskipun memiliki desain booklet yang minimalis dengan tampilan bagus, namun informasi yang ada gagal untuk menjelaskan sektor bisnis yang dilakukan oleh perusahaan itu dengan baik.
Hal itu secara mengejutkan berbanding terbalik dengan booklet dari TNI AL. Meskipun memiliki desain booklet yang terbilang kuno, namun informasi yang diberikan melalui booklet itu sangat lengkap. Dengan membaca booklet itu, pengunjung Inamarine 2022 bisa mengetahui inovasi apa saja yang telah dilakukan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL.
Catatan Maritime Fairtrade disetujui oleh Tina, seorang pengunjung Inamarine 2022 yang tidak bekerja atau belajar di dunia maritim. Ia yang datang ke Inamarine 2022 untuk bertemu dengan temannya menilai jika pameran yang digelar membosankan.
Tina mengatakan: “Saya kira ketika datang ke sini itu akan seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). Kalau waktu GIIAS yang terakhir kemarin kan kita bisa liat mobil-mobil dengan teknologi terbaru dipamerkan dengan sangat atraktif. Itu menjadikan ketika kita yang awalnya tidak ingin berkeliling di sana justru menjadi sangat tertarik dan menikmati pameran yang ada secara tidak sadar.
“Harusnya kan kalau pameran maritim bisa dibuat seperti itu. Indonesia ini kan negara maritim, harusnya ketika menggelar pameran dengan isu maritim seperti ini bisa digelar dengan sangat atraktif. Pameran maritim tidak boleh kalah dengan pameran otomotif lain. Peluangnya itu ada. Tadi saya lihat ada MARINET dari Rusia yang memiliki teknologi autonomous navigation. Jika dikemas dengan sangat atraktif, saya rasa mereka bisa menarik minat pengunjung. Sayang sekali itu tidak mereka lakukan.”
Rahman, jurnalis salah satu media di Indonesia, memiliki keheranannya sendiri terkait booth-booth yang ada di Inamarine 2022. Salah satu yang paling menarik perhatiaannya adalah booth milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Booth milik mereka mengusung tema Jakarta Smart City, tapi sayangnya yang ada di sana bahkan sama sekali tidak terlihat smart,” katanya.
“Momen pameran begini harusnya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menarik minat mereka yang bukan berasal dari dunia maritim. Jika dilakukan dengan atraktif, saya yakin itu bisa terwujud. Tapi ini saya lihat Inamarine 2022 hanyalah ajang sesama pebisnis sektor maritim untuk bertemu dan meluaskan jaringan saja. Semacam event exclusive jadinya. Lalu juga catatan saya juga terkait panggung yang disediakan untuk pembicara di acara itu. Panggungnya terlalu kecil dan kurang diberikan spotlight. Sangat mungkin jika sebagian besar pengunjung di sana tidak tahu jika acara itu memiliki pembicara,” Rahman menambahkan.
Mencoba mengkonfirmasi keluhan para pengunjung Inamarin 2022 ini, Maritime Fairtrade berhasil mendapatkan keterangan seorang asisten manajer perusahaan yang membuka booth di sana. Sosok ini meminta identitasnya dirahasiakan karena pernyataannya sensitif. Usulan untuk membuka booth pameran yang atraktif sudah dilakukan oleh sosok itu. Hanya saja, usulan itu ditolak oleh manajer perusahaan tempat sumber itu bekerja.
“Kata manajer, booth yang atraktif hanya buang-buang uang saja. Tidak perlu membuka booth yang terlalu atraktif menurut manajer saya. Menurutnya, booth yang kita buka hanya sebagai bentuk formalitas yang kita lakukan di dunia bisnis maritime saja. Memang ini ironis sih menurut saya, karena ini kan bisa jadi ajang promosi yang bagus kalau dikemas dengan benar,” kata sumber itu.
Peneliti Komunikasi dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Fitria Widi, berpendapat jika setiap perusahaan harusnya menjadikan ajang pameran menjadi sarana promosi yang optimal. Hal ini menurutnya karena momen itu bisa digunakan secara maksimal untuk meningkat brand awareness perusahaan. “Kalau tidak digarap dengan serius, maka yang terjadi jelas adalah buang-buang uang perusahaan untuk hasil yang sama sekali tidak ada. Ketika ekonomi sedang sulit begini, perusahaan-perusahaan harus bisa memaksimalkan alokasi anggaran mereka,” katanya.
All photos credit: Ibnu Wibowo. Top photo: