Sampah kini menjadi salah satu polemik permasalahan yang terjadi di Indonesia. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki tabungan berupa sampah dengan jumlah yang tidak sedikit bahkan hingga jutaan ton sampah yang beredar di mana-mana, hingga saat ini sampah di Indonesia semakin banyak dan semakin tinggi pula tingkat data yang diperoleh dari sampah.
Sampah yang kita buang tidak pernah terbuang, ia hanya berpindah tempat saja dan menuju ke Tempat Pembuangan Akhir atau yang biasa kita sebut dengan TPA. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia. Jutaan ton sampah dihasilkan setiap harinya.
Saat Maritime Fairtrade mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi. Sampah plastik mendominasi komposisi limbah di sana. Watim, salah satu pemulung di sana mengatakan setiap harinya ribuan ton sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia ini.
“Kalo disini hampir setiap hari setiap jam, udah kaya terminal banyak banget yang datang pergi dari sini kaya bawa penumpang pulang kampung cuman bedanya ini Truk sampah,“ ungkapnya. Dan Watim menyebut sampah yang berada di TPST di dominasi oleh sampah plastik.
Plastic Bank Indonesia mencatat, setiap tahun ada 4,9 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik dan 83 persen sampah plastik bocor ke laut dan mengancam ekosistem laut.
“Indonesia sedang darurat sampah plastik karena setiap tahunnya bisa menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik dengan 4,9 juta ton di antaranya tidak dikelola dengan baik sampai berada di tempat pembuangan akhir,” kata Country Manager Plastic Bank Indonesia, Paola Cortese.
Pemerintah Indonesia sendiri mempunyai target untuk menurunkan pencemaran sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2021. Sementara dalam jangka panjang, pemerintah menargetkan nol persen polusi plastik di Indonesia yang ditargetkan tercapai 2040.
Namun demikian menurut Paola, hingga kini masih banyak tantangan yang dihadapi untuk mengejar target tersebut. Misalnya, implementasi kebijakan yang mengatur mengenai responsibilitas produsen plastik di Indonesia masih sangat kurang.
“Masih banyak produsen yang belum aware dengan material kemasan plastik hingga bagaimana pengelolaan sampah plastiknya,” kata Paola.
Sementara itu, catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut, volume sampah telah menembus angka 68,5 juta ton pada 2021. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding data 10 tahun sebelumnya. Dari total jumlah sampah tersebut 17 persennya merupakan sampah plastik atau sekitar 11,6 juta ton.
“Kalau dulu mayoritas organik hampir 60 persen, sekarang turun sekitar 50 persen,” kata Juru Kampanye Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional Ghofar.
Bahkan, ironisnya sampah plastik ini sebagian berakhir di laut, sehingga dikhawatirkan polutan mencemari habitat lingkungan dan berujung pada kesehatan manusia. Dari sejumlah penelitian mikroplastik yang termakan ikan, yang kemudian ikan tersebut dikonsumsi manusia ditemukan berada dalam darah dan paru-paru manusia.
Salah satu cara pemerintah dalam mengatasi persoalan lingkungan ini dengan menerbitkan kebijakan Peraturan Menteri (Permen) melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Di mana aturan tersebut untuk mendorong dunia usaha agar lebih aktif dalam mengatasi persoalan lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik.
“Permen tersebut mengatur ketentuan bagi perusahaan, termasuk produsen air minum dalam kemasan (AMDK) dalam pengelolaan kemasan plastik. Tujuan utamanya adalah mengurangi volume sampah plastik pada 2029 mendatang hingga 30 persen,” papar Ghofar.
Menurutnya, penggunaan permen tersebut cukup positif untuk mengatasi persoalan lingkungan. Namun, di sisi lain penerapan permen tersebut tidak secara spesifik mengatur para produsen plastik. Di mana fokusnya mengatur tiga kegiatan usaha, yakni manufaktur, jasa makanan dan minuman, serta industri ritel.
Sebagai salah satu aksi nyata untuk mendukung target pemerintah, lebih dari 12 ribu anggota komunitas pengumpul plastik yang disebut sebagai Pahlawan Samudra berhasil mencegah pencemaran setara dengan satu miliar botol plastik di laut.
Pencapaian ini merupakan bukti komitmen Plastic Bank Indonesia dalam mencegah polusi plastik di laut dan mengurangi kemiskinan terutama di wilayah pesisir pantai di Indonesia, sambil merevolusi ekonomi sirkular global untuk plastik.
“Selain menyelamatkan laut dan alam, aksi ini juga membantu mengurangi kemiskinan di kalangan kolektor plastik informal. Di mana para pengumpul plastik diberikan imbalan dalam berbagai bentuk mulai dari uang tunai, tabungan, BPJS Kesehatan dan lainnya,” ungkap Paola.
All photos credit: Iqbal Ramdhani