Senin (31/10/2022) siang, Marhawi hendak memulai perjalanan Kapal Layar Motor (KLM) Mila Jawa Indah yang ia nahkodai. Kapal dengan 77 penumpang dan tujuh Anak Buah Kapal (ABK) itu rencananya akan memulai perjalan untuk menjadi moda transportasi penghubung pulau-pulau kecil di sekitar wilayah Madura. Dari Pelabuhan Gayam di Pulau Sapudi-Kabupaten Sumenep, kapal akan menuju ke Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo. Malangnya, ketika belum lama mengangkat jangkar, kapal dengan volume 46 Gross Ton (GT) itu membentur karang yang berujung pada robeknya lambung kapal. Tak lama, KLM Mila Jawa Indah pun tenggelam.
Beruntung lokasi kejadian tenggelamnya KLM Mila Jawa Indah masih belum terlalu jauh dari daratan. Juru Bicara Kepolisian Sumenep, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Widiarti, mengungkapkan jika nelayan yang bertempat tinggal di sekitar wilayah pelabuhan langsung memberikan bantuan kepada para penumpang dengan menggunakan perahu-perahu sederhana yang mereka miliki.
Ia mengatakan: “Jadi memang KLM Jawa Indah baru berjalan beberapa meter saja dari dermaga. Untungnya, respon cepat dari warga di sekitar sana yang memiliki perahu sederhana berhasil membuat seluruh penumpang dan awak kapal selamat. Seluruh 77 penumpang termasuk enam anak-anak dan tujuh ABK berhasil diselamatkan. Korban langsung dibawa ke Puskesmas usai diselamatkan. Tidak ada yang luka berat karena mendapatkan pertolongan yang cepat dari masyarakat.”
Meski seluruh penumpang selamat, namun barang-barang mereka bawa tidak bisa ikut diselamatkan. Seorang penumpang bernama Kusmiyati asal Kabupaten Situbondo berdasarkan data dari Kepolisian Sumenep, disebut mendapatkan kerugian sebesar IDR 500 juta akibat kejadian itu. Meski demikian, hingga kini detail terkait kerugian itu belum jelas.
Kejadian yang dialami oleh KLM Mila Jawa Indah adalah satu dari delapan peristiwa tenggelamnya kapal di perairan Sapudi di tahun 2022 ini. Di Februari, kapal bermuatan 120 jerigen BBM terbakar di Pelabuhan Sebandar Sepudi. Di Bulan Mei, Kapal Motor Penumpang (KMP) Sabuk Nusantara 91 dengan 384 penumpang menabrak karang saat menuju Pelabuhan Kalianget dan KLM Anugerah Ilahi yang mengangkut bahan bangunan tenggelam saat menuju Pelabuhan Batu Guluk.
Di Bulan Juni, Kapal Motor (KM) Fajar Nusantara tenggelam di tengah perairan Sapudi akibat diterjang ombak tinggi. Di Bulan Juli, KLM Arta Jaya tenggelam saat menuju Pelabuhan Masalembu. Di Bulan Agustus, KLM Aven Selon 03 terbakar saat mengangkut 3.920 tabung elpiji ketika menuju Pulau Sapeken. Di Bulan September, KMP Sabuk Nusantara 91 terbakar dan satu orang penumpang meninggal dunia. Di Bulan Oktober, perahu motor nelayan diterjang ombak besar dan menyebabkan satu orang nelayan meninggal.
Banyaknya kejadian kecelakaan kapal di perairan Sapudi ditanggapi oleh Badrus Zaman, peneliti transportasi laut Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Ia kembali mengingatkan agar setiap operator kapal memperhatikan faktor-faktor keselamatan. Banyaknya kecelakaan kapal yang terjadi harusnya segera dijadikan pelajaran bagi semua pihak agar tidak lagi terjadi kejadian serupa.
Ia mengatakan: “Perlu diingat jika kecelakaan kapal terjadi karena banyak hal. Itu misalnya adalah cuaca buruk, kondisi kapal, kerusakan mesin atau sistem kelistrikan, kesalahan manusia, dan kesalahan manajemen operator kapal. Untuk itu yang diperlukan adalah pengecekan rutin dan berkala. Penggantian spare part juga harus sesuai spesifikasi agar standard keamanan tetap terjaga dan bisa tetap memastikan keamanan penumpang serta awak kapal.”
Darius Beda Daton, pejabat Ombudsman Republik Indonesia, juga turut memberikan komentar terkait masalah kecelakaan kapal. Menurutnya, semua pihak perlu memperhatikan keselamatan berlayar. Dinas Perhubungan di setiap daerah wajib melakukan pengecekan ulang terhadap syarat izin operasional kapal. Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang memberikan izin operasional kapal juga harus secara berkala memperhatikan kelaikan kapal. Begitu juga pemilik atau pengelola kapal. Mereka juga wajib untuk memperhatikan aspek keselamatan kapal seperti sekoci, baju pelampung, alat pemadam kebakaran, sirine tanda bahaya, dan alat aspek keselamatan lainnya.
Dalam siaran resmi yang diterima Maritime Fairtrade, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga meminta agar operator-operator pelayaran dan pemilik kapal tidak melakukan kecurangan dengan memuat penumpang melebihi kapasitas dari kapal. Kapal dengan muatan melebihi kapasitas memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami kecelakaan.
Peneliti kebijakan publik asal Surabaya, Nur Rahmad, menilai jika faktor keselamatan penumpang kapal belum menjadi prioritas pemerintah. Di Jawa Timur saja, ia mencontohkan jika tidak semua kecelakaan kapal mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Hanya kecelakaan-kecelakaan dengan jumlah korban yang fantastis saja yang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Dengan kata lain, jika berita soal kecelakaan itu tidak viral di media sosial kemungkinan besar akan luput dari perhatian pemerintah.
“Hal itu sesungguhnya ironis jika mengingat di Jawa Timur banyak sekali pulau-pulau kecil yang sistem transportasinya untuk bisa terhubung dengan dunia luar hanya bisa dengan menggunakan kapal. Akses informasi di sekitar mereka juga susah. Tentunya menjadikan banyak berita di sekitar sana tidak terekspose. Saya yakin banyak sekali kejadian kecelakaan kapal di wilayah-wilayah itu yang tidak terpantau oleh pemerintah. Harusnya itu segera menjadi perhatian khusus karena bagaimanapun juga Indonesia adalah negara maritim,” tegas Rahmad.
Lebih lanjut, berdasarkan fakta banyaknya kecelakaan kapal di wilayah perairan Sapudi, Rahmad meminta agar Badan SAR Nasional (Basarnas) Indonesia membuka kantor cabang di Kabupaten Sumenep. Selain masalah kecelakaan kapal, hal itu menurutnya juga karena perairan disana menjadi titik lalu lintas utama kapal dari Jawa dan Kalimantan.
Top photo credit: iStock/ Photobos. Stock photo of UK RAF rescue helicopter and RNLI rescue boat demonstrating their skills.