Negara-negara dunia dalam hal perubahan iklim, sedang menerapkan apa yang selama ini diterapkan oleh Indonesia. “Saya, selaku Steering Committee of THK Forum telah menyadari bahwa gotong royong adalah hal yang sangat penting dilakukan, terutama saat ini, dalam menangani perubahan iklim dunia. Maka kita akan melakukan gotong royong mulai dari sekarang,” ungkap THK Forum Steering Committee, Paul Polman, dalam Dalam pembukaan Tri Hita Karana Forum di Bali, Minggu pagi (11/13/202).
Sejalan dengan Paul Polman, Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, pun sepakat agar dunia bisa mulai bergotong royong untuk mengatasi implikasi perubahan iklim, yang sudah banyak terasa di seluruh dunia. “Tapi saya ingatkan, sudah cukup janji-janji dan blah blah blah, kini mulai untuk beraksi. Dimulai dari berapa banyak dana yang diperlukan untk mengatasi masalah perubahan iklim ini,” ungkap Mari Elka Pangestu.
Dia melanjutkan, berdasarkan perhitungan yang pernah dilakukan oleh UNEP dan Bank Dunia, dana yang diperlukan untuk penanganan perubahan iklim ini berkisar USD 1,7 – 3,4 trilun. “Itu setara dengan 1,4 persen Pendapatan Domestik Bruto suatu negara,” jelas Mari Elka. Kemudian pertanyaannya, dari mana uang sebanyak itu bisa didapat dan setelah didapat, apa rencana aksinya? Mari Elka kemudian menekankan pentingnya ‘blended finance’ untuk mendanai persoalan perubahan iklim dunia.
“Dan dana tersebut, akan banyak disumbang dari usaha-usaha swasta. Selanjutnya, dari organisasi filantropi dan mobilisasi sumber daya domestik,” papar Mari Elka. Karena itulah, lanjutnya, perlu gotong royong dari semua pihak, terutama pihak yang disebutkan tadi.
“Maka kami di Bank Dunia dengan senang hati menerima proposal-proposal untuk keperluan blended finance yang akan digunakan untuk menangani perubahan iklim dan isu ketidakadilan,” tukas Mari Elka. Sedangkan mengenai aksi yang diperlukan -pasca dana yang diperlukan tersebut sudah didapat, Mari Elka meminta untuk melihat negara-negara yang telah didanai oleh Bank Dunia, dalam hal penanganan masalah lingkungan.
Mesir misalnya. Mesir telah didanai oleh Bank Dunia dalam membuat strategi penurunan penggunaan karbon, optimalisasi perairan dan energi, serta penguatan ketahanan pangan. Kemudian Afrika Selatan, juga telah didanai oleh Bank Dunia dalam hal penanganan kekeringan dan kelaparan. “Jadi mari mulai bergotong royong,” ungkap Mari Elka.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, dalam pidato resminya di depan para peserta THK Forum, menegaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang sangat kuat dalam hal penanganan perubahan iklim.
“Karena Indonesia saat ini dikelola oleh generasi muda yang sangat peduli dengan kelangsungan lingkungan hidup di masa depan,” ungkap Luhut Panjaitan. Namun, para generasi muda tersebut pun memerlukan kolaborasi ide-ide yang juga baik. “Maka para investor, lembaga filantropi, dan mereka yang bisa mendukung blended financial untuk penanganan perubahan iklim ini, jelas Luhut.
Kredit foto: Angiola Harry. Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia.