Negara G20 Akan Manfaatkan Sekaligus Lindungi Biodiversitas

Rangkaian kegiatan G20 Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) yang digelar sejak 26 Oktober hingga 28 Oktober 2022, akhirnya menghasilkan rangkuman beberapa kesepatakan kesepakatan. Salah satunya menyepakati kolaborasi riset dan inovasi untuk konservasi dan melindungi biodiversitas dunia. Kesepakatan tersebut kemudian menjadi bahasan pertemuan, yang dihadiri para menteri dari negara anggota G20, dalam kegiatan RIMM di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (28/10). 

Chair of RIIG Indonesia, Agus Haryono, menjelaskan beberapa hal yang sudah disepakati dalam pertemuan RIIG. “Kita sepakat bahwa pembahasan selama Indonesia menjadi presidensi, akan diteruskan oleh India sebagai presidensi G20 tahun 2023. Termasuk menjalankan kembali RIIG di India tahun 2023,” ungkap Agus. Lebih lanjut Agus memaparkan, pada pertemuan tersebut anggota G20 juga sepakat untuk berdiskusi lebih intensif, mengenai pelaksanaan kolaborasi riset dan inovasi untuk melindungi dan melakukan konservasi biodiversitas di dunia. 

Tak hanya itu, para negara anggota G20 juga siap memanfaatkan biodiversitas secara berkelanjutan, untuk mencapai SDGs tahun 2030. “Kita negara G20 berkomitmen untuk menjalankan perjanjian intenasional di bidang lingkungan. Terutama melindungi dari ancaman kepunahan biodiversity, kerusakan tanah dan lautan, eksploitasi flora dan fauna, perubahan iklim, polusi dan invansi dari spesies. Kita juga melanjutkan apa-apa yang sudah disepakati “Presidensi G20 Italy 2021″, terutama memfokuskan aksi melakukan perlindungan terhadap biodiversitas,” jelas Agus.

Selain itu, Agus juga menyebutkan terdapat beberapa poin terkait dengan riset dan inovasi yang dikolaborasikan. Ada empat hal, yaitu pertama, perlindungan, konservasi, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, dan jasa ekosistem terkait.

Kedua, penemuan, pengujian, adopsi, dan implementasi yang aman, dari teknologi dan inovasi baru. Tujuannya untuk pembangunan berkelanjutan secara umum, dan ekonomi hijau-biru khususnya. Termasuk produk dan layanan berbasis bio. Ketiga, pengembangan bioteknologi. Dalam hal bioteknologi, terutama rekayasa genetika, diharapkan dapat menjelaskan berbagai macam persoalan dunia seperti, polusi, penyakit, pertanian, dan sebagainya. Dan keempat, pemanfaatan energi baru dan terbarukan, untuk menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, modern, dan bersih bagi semua.

“Kita menyadari pentingnya kolaborasi anggota G20 dan organisasi internasional, dalam hal konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan berbagi inisiatif. Memberikan akses yang sama pada fasilitasi dan infrastruktur, serta pendanaan untuk mempromosikan green and blue economy yang berkelanjutan,” ungkap Agus. Ketua Delegasi Italia, Nicola Todaro Marescotti, mendukung implementasi dari hasil rangkuman pertemuan RIIG Presidensi Indonesia ini. Hal tersebut menguatkan dan melanjutkan hasil kesepakatan dari RIIG “Presidensi G20 Italy” pada 2021 lalu. 

Marescotti berharap, dengan adanya hasil pertemuan RIIG di Indonesia, bisa melanjutkan kegiatan saling berbagi dan kerja sama antara negara, dalam melakukan konservasi dan pemanfaatan biodiversitas secara berkelanjutan. “Ini menjadi referensi yang kuat dalam menjalankan kerja sama antar negara G20. Kami berharap, ini dapat ditindaklanjuti kembali dalam presidensi G20 India tahun 2023. Dengan harapan, mendapat hasil positif untuk semangat kerja sama riset dan inovasi,” ucapnya.

Ketua Delegasi India, Sanjeev Kumar, mengatakan India melihat upaya untuk menjaga dan melakukan konservasi biodiverditas menjadi bagian dari target ke depan. Sehingga perlu menemukan solusi, terutama mendorong ilmu pengetahuan dalam memanfaatkan biodiversitas secara berkelanjutan. “Ilmu pengetahuan menjadi solusi, dan ini bisa menjadi resolusi bersama dalam menjaga biodiversitas dunia,” papar Sanjeev Kumar.

Tiga kali

Adapun RIIG diselenggarakan sebanyak tiga kali pada tahun ini. Kegiatan pertama pada April lalu, kemudian untuk yang kedua pada Agustus, dan pada Jumat, 28 Oktober 2022, adalah yang agenda terakhir (tahun ini), yang akan dilanjutkan kemudian di RIIG 2023 di India.  Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa momentum Presidensi G20 menaikkan posisi Indonesia sebagai mitra potensial untuk berkolaborasi dalam riset dan inovasi. 

“Kita ingin memanfaatkan momentum ini, untuk menaikkan posisi indonesia sebagai mitra potensial, berkolaborasi untuk riset dan inovasi ke depan, bagi negara-negara utama G20,” ujar Laksana. “Kita ingin lebih menjual posisi Indonesia sebagai negara yang besar, dengan geografi yang besar, nomor satu bahkan. Jika digabung dengan yang di laut, Indonesia menjadi yang kedua, setelah Australia kalau untuk daratan,” lanjutnya. 

Indonesia juga berharap bisa secara alami melakukan kolaborasi dengan negara-negara G20. Karena sebagai tuan rumah, Indonesia bisa berperan lebih aktif di sektor riset dan inovasi. Laksana juga yakin, bahwa dengan kolaborasi, potensi riset Indonesia dapat menanjak. Sebab, kolaborasi dipercaya dapat mendorong riset dan inovasi ke depan bangsa Indonesia.

Pada RIIG yang digelar pertama kali tahun ini, topik-topik yang dibahas adalah yang telah disepakati bersama dengan negara-negara G20, termasuk untuk sektor kesehatan, energi, dan pangan. Sementara, RIIG kedua membahas geodiversitas di dunia. Di agenda RIIG kedua juga membahas soal pendanaan, penggunaan fasilitas bersama negara-negara G20, dan kolaborasi antarnegara G20. Dan pada RIIG ketiga, Indonesia diwakili oleh BRIN akhirnya melakukan deklarasi tingkat menteri. 

All photos credit: Angiola Harry

The best maritime news and insights delivered to you.

subscribe maritime fairtrade

Here's what you can expect from us:

  • Event offers and discounts
  • News & key insights of the maritime industry
  • Expert analysis and opinions on corruption and more