Bicara tentang terumbu karang, siapa pun pasti akan mengungkapkan bahwa itu adalah sebuah keindahan. Untuk sektor pariwisata, terumbu karang merupakan salah satu daya tarik yang besar, yang mampu mendatangkan pemasukan untuk negara yang memiliki terumbu karang tersebut. Indonesia, adalah salah satu negara yang terletak di kawasan segitiga terumbu karang dunia atau Coral Triangle. Dengan kata lain, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki daya tarik kelautan lantaran keanekaragaman terumbu karangnya.
Tercatat sebanyak 569 jenis terumbu karang, dengan luasan mencapai 17,95 persen terumbu karang dunia. Ya, Indonesia menjadi bagian dari salah satu area besar terumbu karang di dunia. Dan yang menarik adalah, ternyata baru-baru ini, para peneliti menemukan populasi terumbu karang langka yang sempat dinyatakan hilang keberadaannya. Bahkan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan spesies terumbu karang tersebut ke daftar merah (red list), sebagai sebagai spesies terancam.
Namun berkat penemuan tersebut, perairan Indonesia berhasil menambah daftar kekayaan spesies terumbu karang dunia. Maritime Fairtrade secara eksklusif mewawancara Dr. Beginer Subhan, dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, yang tak lain adalah ketua tim penelitian terhadap spesies Duncanopsammia axifuga yang ditemukan di Semenanjung Kepala Burung, Papua Barat.
Jadi, bisa jelaskan kepada mereka yang masih awam, apa sebenarnya terumbu karang itu?
Terumbu karang adalah ibarat primadona bagi mereka yang senang menjelajah ke bawah permukaan laut alias para penyelam. Kehebatan terumbu karang bukan hanya dari keindahannya. Terumbu karang merupakan salah satu indikasi kesuburan air laut. Mungkin bagi penyelam pemula dan baru ‘nyebur’ ke laut hingga ke kedalaman 15 meter, mereka akan menyaksikan beberapa terumbu karang keras. Kemudian mereka yang sudah piawai menyelam dan terus masuk hingga ke kedalaman 50 meter, maka mereka akan menemui jenis terumbu karang lunak.
Lalu kenapa ada terumbu karang keras dan lunak?
Perlu dipahami bersama dahulu tentang habitat atau tempat tinggal terumbu karang. Pada umumnya terumbu karang hidup di pinggir pantai, atau daerah yang masih terkena cahaya matahari hingga 50 meter di bawah permukaan laut. Namun beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya.
Sehingga dari habitat tersebut, tampak ada jenis terumbu yang hidup berlimpah cahaya dan yang mampu hidup dengan cahaya minim. Terumbu karang keras, hidup di daerah yang berlimpah cahaya karena mereka bersimbiosis dengan hewan yang menghasilkan zat kapur, kerang, siput, alga, dan Hexacoralia. Dan perlu juga dipahami, tentang terumbu dan karang.
Baiklah. Coba jelaskan apa itu terumbu?
Terumbu merupakan zat kapur yang dihasilkan oleh pembentuk-pembentuknya. Hexacoralia adalah salah satu pembentuk zat kapur. Adapun Hexacoralia merupakan jenis hewan yang menghasilkan zat kapur atau orang umum menyebutnya sebagai karang keras. Hexacoralia inilah kelompok yang paling banyak membentuk terumbu, selain kerang, alga, siput, dan lainnya. Lalu ada kelompok hewan Octocoralia. Tidak seperti Hexacoralia yang menghasilkan zat kapur, Octocoralia menghasilkan zat silika. Orang umum menyebutnya sebagai karang lunak.
Maka jelas ya, terumbu adalah zat kapur yang terbentuk oleh hewan-hewan perairan. Setelah terbentuk, ada yang bersifat keras atau karang keras dan ada yang bersifat lunak. Maka terjadilan dua kategori, yaitu terumbu karang keras dan terumbu karang lunak.
Sekarang kita berlanjut ke penemuan spesies terumbu karang di Papua. Jenis apakah itu?
Itu adalah spesies Duncanopsammia axifuga yang pertama kali ditemukan oleh peneliti bernama Milne Edwards dan Haime pada 1848. Spesies ini termasuk dalam sub famili Hexacoralia atau terumbu karang keras. Spesies ini dulu diketahui terdapat di kawasan tropis Australia, di barat daya Papua Nugini, dan Timor Leste. Spesies ini juga sempat dilaporkan penemuannya di Vietnam dan bahkan di hampir seluruh Laut Cina Selatan. Tetapi kemudian, catatan tersebut tampaknya ditarik tanpa pemberitahuan dari literatur karang yang lebih baru.
Kemudian tim Anda menemukan spesies tersebut di Papua Barat?
Ya. Saya meneliti bersama tim ITK IPB University yakni Tries B. Razak, Dondy Arafat, Neviaty P. Zamani, Prehadi, Dea Fauzia Lestaridan Bert W. Hoeksema. Adapun populasi Duncanopsammia axifuga yang kami temukan di kedalaman 5 meter, dengan kondisi perairan yang keruh di pesisir. Perairan itu kaya sedimen dan terletak di Semenanjung Kepala Burung, Papua Barat. Sebagian ditemukan menempel pada karang mati dan sebagian lainnya merupakan pecahan lepas, yang hidup di sedimen.
Kenapa mereka bisa muncul di Papua Barat? Padahal sempat disimpulkan hilang.
Ini yang menarik. Ternyata Duncanopsammia axifuga adalah terumbu karang yang hidup bebas pada substrat lunak. Kemudian dari bentuknya yang bercabang, dia tampaknya bisa melakukan regenerasi setelah terfragmentasi (terpotong atau terpecah). Maka kami pun mengambil spesimen Duncanopsammia axifugatersebut dan melakukan eksperimen di akuarium. Ternyata pula, fragmen Duncanopsammia axifuga dapat dengan mudah beregenerasi dan tumbuh menjadi koloni baru, sehingga cocok untuk dibudidayakan.
Berarti spesies ini bisa semakin menambah kekayaan terumbu karang di Indonesia?
Tentu. Tapi tetap saja ketika di lautan, mereka akan mengalami persaingan. Satu spesimen yang kami amati, tampak disinyalir rusak akibat kontak langsung dengan karang Goniopora. Tapi spesimen yang hidup bebas di atas pasir, lebih mungkin lolos dari persaingan ruang.
All photos credit: Photo credit: Dr Beginer Subhan