Selasa (11/10/2022) sore, Maritime Fairtrade baru saja pulang ke rumah di Kabupaten Sidoarjo setelah melakukan liputan. Saat itu cuaca memang bisa dikatakan buruk. Cuaca yang sebelumnya panas tiba-tiba berubah menjadi mendung yang sangat gelap. Tak lama, hujan turun sangat lebat dan diiringi angin yang cukup kencang.
Sekitar pukul 17.00 WIB, listrik tiba-tiba padam dan baru menyala kembali sekitar 4 jam kemudian. Padamnya listrik itu mempengaruhi kualitas jaringan telepon dan internet di lokasi tempat tinggal saya. Selama itu, saya serasa terputus dari dunia luar. Saya tidak bisa mengakses sosial media untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitar.

Belakangan, tepatnya pada Rabu (12/10/2022), saya mengetahui jika hujan deras yang terjadi hanya selama sekitar 90 menit itu menyebabkan puting beliung di beberapa wilayah di Kabupaten Sidoarjo. Bencana yang terjadi menyebabkan 130 rumah rusak.
Bukan hanya itu saja, tiga sekolah, lima puskesmas, dan beberapa tiang listrik ikut rusak akibat bencana itu. Tiang-tiang listrik yang rusak itulah penyebab listrik padam di sebagian besar wilayah Kabupaten Sidoarjo. Beruntung hingga Hari Senin (17/10/2022), atau satu minggu setelahnya, tidak ada korban jiwa maupun luka berat yang tercatat.

Untuk diketahui, puting beliung yang terjadi di Indonesia tidak pernah sebesar yang biasa terjadi di Amerika Serikat atau Jepang. Puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia, termasuk di Sidoarjo saat itu, adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam dan bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum hanya 5 menit.
Izzudin Kahfi, salah satu korban, mengaku jika hingga saat ini belum ada pemberian bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk mereka yang rumahnya rusak akibat puting beliung. Padahal, menurutnya, sempat ada pendataan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terkait itu.
“Semua warga membenahi rumah mereka dengan biaya pribadi. Biaya perbaikan yang dikeluarkan hingga lebih dari IDR 10 juta. Di tengah kondisi ekonomi sedang susah begini, jelas sekali itu akan sangat berat untuk masyarakat. Sepatutnya pemerintah bergerak cepat memberikan bantuan kepada masyarakat yang menjadi korban bencana alam,” katanya.

Selain masalah bantuan, Izzudin juga mengeluhkan masalah jaringan listrik yang masih padam di beberapa wilayah. Selain itu, air bersih untuk kebutuhan sehari-hari juga menjadi masalah lain lagi bagi mereka.
Di sudut wilayah Sidoarjo lainnya, Rahmad Dahuri memiliki keluhan lain. Ia kesal karena bencana yang dialami justru dipolitisasi oleh beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo.
Ia mengatakan: “Sejak puting beliung terjadi sampai hari ini sudah ada banyak sekali anggota dewan yang datang ke sini. Mereka datang ke sini, lalu foto-foto, dan kemudian menjanjikan akan memperjuangkan bantuan dari pemerintah yang tidak pernah datang. Anggota-anggota dewan yang ketika menjelang pemilu selalu datang ke kami dan meminta untuk dipilih, ketika kami menjadi korban bencana alam justru malah hanya menjadikan kami sebagai konten dan memberikan janji manis belaka.
“Saya hitung ada lima anggota dewan yang sudah ke sini. Mereka menjanjikan banyak hal. Mulai bantuan untuk membangun kembali rumah yang rusak hingga tempat penampungan yang lebih nyaman. Tidak ada satu pun janji-janji itu yang sudah terwujudkan.”

Bantuan perbaikan sekolah yang rusak akibat puting beliung itu juga belum ada. Staff salah satu sekolah yang tidak mau identitasnya dipublikasikan mengatakan jika hingga saat ini belum ada perbaikan yang dilakukan dari pemerintah. Kondisi itu menjadikan proses belajar mengajar di tempat itu masih belum bisa dilakukan. “Kami juga tidak tahu kapan mau diperbaiki gedung sekolah ini. Siswa-siswa sementara kami liburkan dulu,” kata staff itu.

Dikonfirmasi terkait masalah yang terjadi, pejabat Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Dwijo Prawito berdalih jika hingga saat ini masih melakukan pemutakhiran data. Ia mengatakan: “Kami masih terus melakukan verifikasi dan pemutakhiran data agar bisa memberikan bantuan yang tepat sasaran. Laporan-laporan dari masyarakat terus kita catat dan verifikasi.”

Dari data milik Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, kerusakan yang terjadi pada rumah warga akibat puting beliung yang terjadi terbagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah kerusakan ringan. Itu adalah atap dan genting rumah yang jebol akibat tersapu angin.
Kategori kerusakan kedua adalah kerusakan berat. Itu adalah rumah yang rusak parah akibat tertimpa pohon tumbang. “Mayoritas yang terjadi, adalah kerusakan ringan. Nanti setelah data masuk sudah lengkap baru akan kami lakukan perbaikan,” kata Dwijo.

Lamanya pemberian bantuan bantuan kepada para korban ini berbanding terbalik dengan arahan Bupati Sidoarjo, Muhdlor. Satu hari setelah bencana terjadi Bupati Muhdlor melalui pernyataan resmi meminta agar jajaran Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bergerak cepat untuk menangani bencana yang terjadi. Termasuk diantaranya memberikan bantuan kepada para korban.
Top photo credit: iStock/ Meindert van der Haven. Stock photo of a tornado at north of the airport of Lamar, Colorado, U.S.