Akhir minggu pertama di Bulan Oktober, Mock Alik melakukan pekerjaannya untuk mengemudikan truk pengangkut BBM seperti biasa. Truk yang dikemudan Alik mengangkut 8.000 liter pertalite dan 1.600 liter solar. Waktu saat itu menunjukkan pukul 01.30 WIB, ia hendak menurunkan muatannya di salah satu SPBU di Kabupaten Blitar. Awalnya, kondisi jalan yang licin karena hujan baru saja turun diduga menjadikan ban truk selip. Truk itu pun akhirnya terguling. Badan truk tangki menutup jalur utama Blitar-Malang selama lebih dari 7 jam.

Sepintas, insiden yang dialami Alik nampak sebagai musibah yang terjadi akibat cuaca buruk dan nasib sial saja. Namun, ternyata yang terjadi tidak begitu. Hasil pemeriksaan pihak Kepolisian Blitar menunjukkan jika ia positif menggunakan narkoba berjenis sabu-sabu. Jenis narkoba itu dianggap membuat Alik kehilangan konsentrasinya. Hal yang seharusnya bisa diatasi jika ia tidak sedang mengemudi di bawah pengaruh narkoba berujung menjadi kecelakaan. Untungnya, tidak ada korban jiwa maupun korban luka dari kejadian ini.
Ajun Komisaris Polisi (AKP) Kadek Yasa Putra, pejabat Kepolisian Blitar, mengatakan: “Hasil tes urin dari sopir truk pengangkut BBM itu menunjukkan hasil positif narkoba berjenis sabu-sabu. Untuk itu yang bersangkutan masih diinterogasi secara intensif. Penggunaan narkoba sangat berbahaya bagi pengemudi truk. Terlebih lagi truk-truk besar pengangkut barah yang mudah meledak seperti BBM.”

Mohammad Yusuf, peneliti safety driving, memastikan jika sopir truk yang menggunakan narkoba berpotensi tinggi untuk menyebabkan kecelakaan. Insiden yang terjadi sangat bisa berujung hilangnya nyawa orang lain.
“Ketika menggunakan narkoba, terlebih lagi sabu-sabu, seorang pengemudi tidak hanya menjadi lemah secara fisik. Mereka juga sangat lemah secara mental karena konsentrasi mereka menjadi bermasalah. Apapun yang dilihat oleh pengguna sabu-sabu adalah halusinasi. Belum lagi ketika efek sabu-sabu yang mereka gunakan habis. Mereka bisa mendadak tertidur. Sangat jelas jika hal itu terjadi bisa sangat berbahaya. Sabu-sabu justru 20 kali lipat lebih berbahaya ketimbang mengemudi ketika mengantuk,” kata Yusuf.

Meski bahayanya sangat nyata, namun ternyata penggunaan sabu-sabu di kalangan sopir truk masih sangat massif. Hal itu terungkap dari penelusuran yang dilakukan oleh Maritime Fairtrade di kalangan sopir truk. Toha, sopir transportasi logistik asal Surabaya, membenarkan jika banyak rekan-rekannya yang menjadi pengguna sabu-sabu. Alasannya, jenis narkoba itu dianggap bisa menambah stamina dan membuat mereka tidak mengantuk selama bekerja.
Ia mengatakan: “Saya dulu juga pengguna narkoba. Memang dengan memakai itu (narkoba), kondisi kita seakan-akan sangat prima. Sama sekali tidak merasakan ngantuk. Tapi ya memang itu halusinasi saja, karena bagaimanapun tubuh memiliki batasan. Saya akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi pengguna narkoba karena hampir kecelakaan ketika mengemudi di bawah pengaruh sabu-sabu. Hampir saja waktu itu menabrak pejalanan kaki karena kondisi saya sedang tinggi akibat narkoba.”

Klaim Toha dibenarkan juga oleh Samsul, pengemudi truk asal Sidoarjo. Menurutnya, bandar serta pengedar narkoba itu juga berasal dari kalangan sopir truk juga. Transaksi narkoba di kalangan itu bahkan bisa dibilang cukup tinggi. “Hampir setiap malam, di berbagai pool parkir truk yang pernah saya singgahi, selalu ada transaksi narkoba yang terjadi,” katanya.
Menghadapi fenomena meresahkan ini, Kepolisian Surabaya memastikan terus berupaya mengungkap kasus-kasus peredaran narkoba. Hal itu termasuk diantaranya peredaran narkoba di kalangan sopir truk.
Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Daniel Marunduri, pejabat Kepolisian Surabaya, mengatakan: “Kami pernah mengungkap kasus besar peredaran narkoba di kalangan sopir truk, Waktu itu, perederan narkoba berjenis sabu-sabu seberat 19,53 gram berhasil digagalkan. Kami akan terus melakukan penindakan dan pengungkapan kasus-kasus narkoba lainnya.”
Terbaru, AKBP Daniel mengatakan jika tim yang ia pimpin baru saja menangkap pengedar sabu-sabu yang secara spesifik melayani sopir truk dan juga sopir bus penumpang. Dari penangkapan itu, sebanyak 20 paket sabu-sabu seberat 7 gram berhasil diamankan oleh polisi.
Inspektur Polisi Satu (Iptu) Sugiyono, pejabat Kepolisian Sidoarjo, juga memastikan hal yang sama. Kepolisian Sidoarjo selalu berusaha maksimal untuk memerangi peredaran narkoba di kalangan mana saja.
Ia mengatakan: “Beberapa waktu lalu kami juga mengungkap kasus peredaran narkoba di kalangan sopir truk dan bus antar kota. Tersangka yang kami tangkap itu bukan pengedar biasa. Mereka juga menyediakan tempat dan alat untuk mengkonsumsi sabu-sabu di tempat-tempat istirahat para sopir itu.”
Lebih lanjut, baik Kepolisian Surabaya maupun Sidoarjo, memastikan juga terus melakukan upaya preventif. Salah satunya, dengan melakukan tes narkoba acak untuk para sopir di jalur-jalur yang biasa mereka lewati. Dalam setiap operasi razia yang dilakukan, tak jarang ada satu atau dua sopir truk yang dinyatakan positif narkoba.

Di sisi lain, Ahmad Tohari, pemilik bisnis transportasi logistik, mengaku jika dirinya selalu berupaya maksimal untuk mencegah penggunaan dan peredaran narkoba di kalangan sopir yang menjadi pekerjanya. Hal itu ia lakukan dengan cara menggelar tes urin secara rutin dan acak. Seluruh pekerjanya, bukan hanya sopir, wajib mengikuti tes itu. “Termasuk saya juga ikut tes urine itu. Kalau ada yang hasil tesnya positif akan langsung saya pecat. Mereka bukan hanya saya pecat, tapi juga saya serahkan ke Badan Narkotika Nasional (BNN) agar bisa mendapatkan rehabilitasi dan sembuh dari narkoba,” tegasnya.
Top photo credit: Pexels/ Mike B