Sopir truk kontainer yang korup tewaskan 10 orang dalam kecelakaan

Siang cerah di awal Bulan September, beberapa siswa SDN Kota Baru Bekasi sudah selesai bersekolah dan bersiap pulang ke rumah. Naas, sebuah truk kontainer tiba-tiba menabrak tiang pemancar sinyal di area sekolah itu. Sebelum menabrak tiang, truk melaju cukup kencang dan menabrak beberapa orang yang berada di area sekitar. Total korban mencapai 30 orang. 10 orang tewas dan 4 diantaranya merupakan anak-anak. Kasus itu hingga kini sedang ditangani pihak kepolisian.

Kejadian kecelakaan truk kontainer atau kargo masih marak terjadi di Indonesia. Di Sidoarjo misalnya. Sebagai kota yang dekat dengan pelabuhan, kecelakaan serupa juga terbilang sering terjadi. Penyebabnya beragam. Mulai akibat masalah rem, muatan berlebih, hingga proses maintenance truk yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya. 

Masalah maintenance yang tidak sebagaimana mestinya ini ternyata juga didalangi oleh aksi korupsi yang dilakukan oleh sebagian sopir truk. Walau, mereka sebenarnya juga sadar jika aksi itu membahayakan dan dapat berujung hilangnya nyawa seseorang. Bahkan anak-anak.

Truk kontainer menunggu untuk memasuki pelabuhan.

Kepada Maritime Fairtrade, seorang sopir truk kontainer bernama Toha secara blak-blakan bercerita tentang korupsi yang dilakukan beberapa rekannya. Korupsi yang dilakukan biasanya dengan mengganti part-part truk dengan produk yang tidak sesuai spesifikasi. Dari korupsi yang dilakukan, keuntungan ilegal yang diraih terbilang cukup lumayan. Mencapai IDR 3-4 juta setiap proses maintenance dilakukan. 

Toha kata: “Jadi biasanya yang dikorupsi itu kalau waktunya ganti ban atau kampas rem. Part-part kecil-kecil. Itu kalau dikumpulkan bisa banyak karena proses maintenance biasanya kan sekaligus ganti banyak part. Maintenance bisa setiap bulan dilakukan. Nah waktu proses maintenance, mereka tetap ganti itu yang harus diganti. Tapi tidak sesuai standard. Diganti dengan yang secara grade ada di 2-3 level di bawah yang seharusnya. 

“Kadang juga malah diambil dari part-part truk lain yang sudah tidak bisa digunakan. Itu istilahnya kanibalisme. Part-part truk yang sudah tidak dipakai, biasanya karena unitnya kecelakaan, ada aja yang jual. Nah itu dibeli sama sopir truk yang korup. Nah karena tidak sesuai standard, maka bisa saja sewaktu-waktu mengalami malfungsi dan berujung kecelekaan. Soal kuitansi untuk laporan ke perusahaan, itu bisa diatur.” 

Ban truk tidak diganti meskipun sudah aus.

Sopir-sopir truk yang korup, menurutnya, sering berasal dari perusahaan-perusahaan logistik di level kecil. Perusahaan yang hanya memiliki armada di bawah 10. Hal ini dikarenakan aksi korupsi akan semakin susah dilakukan jika skala perusahaan tempat bekerja semakin besar. Seperti misalnya di perusahaan skala menengah, atau bahkan besar.

Selain sopir, Toha juga mengungkapkan jika pemilik perusahaan-perusahaan logistik skala kecil pula lah yang memerintahkan mereka untuk mengganti part tidak sesuai spesifikasi. Meraup keuntungan lebih adalah motif yang sangat jelas dibalik kelakuan itu. 

“Padahal ya sebenernya mereka itu sadar kalau yang dilakukan berbahaya. Tapi ya demi keuntungan lebih, atau kalau perusahaan kecil biasanya karena menekan biaya operasional jadi semacam nekat dilakukan. Untungnya seumur hidup saya belum dan tidak akan pernah begitu. Nyawa taruhannya. Terlalu beresiko,” tegas Toha.

Truk kontainer di area perawatan perusahaan logistik.
Truk kontainer dari perusahaan logistik.

Pernyataan Toha mendapatkan persetujuan dari Adi Putranto. Ia adalah karyawan dari sebuah perusahaan logistik skala menengah di Sidoarjo. Sebagai karyawan di bidang General Affairs yang bertugas melakukan maintenance armada-armada truck, ia sangat paham dan sering mendengar terkait korupsi yang sering terjadi di kalangan sopir dan juga perusahaan logistik itu.

“Itu merupakan praktek bisnis yang sangat lazim. Tapi karena bahayanya ada di level tinggi, saya kira untuk perusahaan logistik di skala menengah dan ke atas tidak akan berani melakukan itu. Kalau sampai ada kecelakaan, lalu diusut dan ketahuan penyebabnya adalah unit truck yang tidak layak, tentunya nama baik perusahaan jadi taruhan. Ada nyawa orang lain juga yang terancam jika dilakukan. Kalau di tempat saya bekerja, walau bukan perusahaan besar, keselamatan dan keamanan bekerja tetap diutamakan,” kata Adi.

Sebuah truk kargo keluar dari area pelabuhan.

Menanggapi aksi korup itu, Machsus yang merupakan peneliti transportasi darat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menekankan pentingnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Ia mengingatkan jika setiap kendaraan truk atau kendaraan barang lainnya harus memenuhi Standard Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Barang yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia nomor 60 tahun 2019. 

Ia juga menggarisbawahi agar pemerintah selaku regulator benar-benar melakukan pengujian persyaratan laik jalan bagi truk-truk atau kendaraan angkut lainnya dengan benar. “Elemen pengujian persyaratan laik jalan itu antara lain emisi gas buang, kebisingan suara, efisiensi sistem rem utama, efisiensi sistem rem parkir, kemiringan roda depan, suara klaksin, daya pancar dan arah sinar lampu utama, radius putar, akurasi alat penunjuk kecepatan, kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban serta mesin penggerak,” urai Machsus.

“Jika ditemukan penyimpangan dalam kelaikan kendaraan, maka pemerintah harus bertindak tegas dan tidak tebang pilih. Sopir atau perusahaan yang terbukti korup dan melanggar harus diproses secara hukum,” ia melanjutkan.

Sebuah truk kontainer di jalan yang sibuk.

Di sisi lain, Machsus juga menyoroti pencampuran lalu lintas antara angkutan barang dengan angkutan penumpang dan pengguna jalan lainnya. Hal itu masih sangat marak terjadi di Indonesia. Berdasar pada insiden di Bekasi, ia menilai korban yang timbul bisa jauh berkurang apabila ada regulasi yang memisahkan rute angkutan barang.

“Ada urgensi kebijakan pemisahan rute angkutan barang, penumpang, dan  pengguna jalan lainnya. Pemerintah bersama pemangku kepentingan perlu mengembangkan masterplan atau Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RILLAJ) di setiap wilayah atau daerah. Ini agar meminimalisir pencampuran lalu lintas. Hal itu pun bisa mereduksi tingkat kecelakaan di jalan raya,” pungkasnya.

Top photo credit: Indonesian Police. Adegan kecelakaan.

All other photos credit: Ibnu Wibowo

Make seafaring great again

Make seafaring great again

An overwhelming 80 percent of global goods are transported by ships and this fact places the maritime industry at the

The best maritime news and insights delivered to you.

subscribe maritime fairtrade

Here's what you can expect from us:

  • Event offers and discounts
  • News & key insights of the maritime industry
  • Expert analysis and opinions on corruption and more